Senin, 26 Juli 2010

    sejarah sastra indonesia

    Ada beberapa pendapat tentang periodisasi sastra Indonesia, saya mengambil dua diantaranya :

       1. Menurut Nugroho Notosusanto

    Sulalatus Salatin
    Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
    (Dialihkan dari Sejarah Melayu)
    Ini adalah halaman drafTerkini (belum ditinjau)
    Langsung ke: navigasi, cari

    a. Kesusastraan Melayu Lama

    b. Kesusastraan Indonesia Modern

    1). Zaman Kebangkitan : Periode 1920, 1933, 1942, 1945

    2). Zaman Perkembangan : Periode 1945, 1950 sampai sekarang


       2. Menurut Simomangkir Simanjuntak

    a. Kesusastraan masa lama/ purba : sebelum datangnya pengaruh hindu

    b. Kesusastraan Masa Hindu/ Arab : mulai adanya pengaruh hindu sampai dengan kedatangan agama Islam

    c. Kesusastraan Masa Islam

    d. Kesusastraan Masa Baru

    1). Kesusastraan Masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi

    2). Masa Balai Pustaka

    3). Masa Pujangga Baru

    4). Kesusastraan Masa Mutakhir : 1942 hingga sekarang.

    Sejarah Sastra Indonesia

    Kepulauan Nusantara yang terletak diantara benua Asia dan Australia dan diantara Samudra Hindia/ Indonesia dengan Samudra Pasifik/ Lautan Teduh, dihuni oleh beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat istiadat dan bahasa sendiri-sendiri.

    Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yaitu salah satu bahasa daerah di Nusantara. Bahasa Melayu digunakan oleh masyarakat Melayu yang berada di pantai timur pulau Sumatera.

    -Kerajaan Melayu yang berpusat didaerah Jambi, pada pertengahan abad ke-7 (689-692) dikuasai oleh Sriwijaya yang beribu kota di daerah Palembang sekarang ini,-


       1. Kesusastraan Melayu Klasik

    Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu karena hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa milik bersama. Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas : bentuk, isi, dan pengaruh asing.

    a. Kesusastraan Rakyat (Kesusastraan Melayu Asli)

    Kesusastraan rakyat/ Kesusastraan melayu asli, hidup ditengah-tengah masyarakat. Cerita itu diturunkan dari orang tua kapada anaknya, dari nenek mamak kepada cucunya, dari pencerita kepada pendengar. Penceritaan ii dikenal sebagai sastra lisan (oral literature).

    Kesusastraan yang tumbuh tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada waktu itu. Pada masa Purba (sebelum kedatangan agama Hindu, Budha dan Islam) kepercayan yang dianut masyarakat adalah animisme dan dinamisme. Karena itu, cerita mereka berhubungan dengan kepercayaan kepada roh-roh halus dan kekuatan gaib yang dimilikinya. Misalnya :

    - Cerita asal-usul

    - Cerita binatang

    - Cerita Jenaka

    - Cerita Pelipur lara.


    Contoh

    Mantra Memasuki hutan rimba

    Hai, si Gempar Alam

    Gegap gempita

    Jarum besi akan romaku

    Ular tembaga akan romaku

    Ular bisa akan janggutku

    Buaya akar tongkat mulutku

    Harimau menderam di pengeriku

    Gajah mendering bunyi suaraku

    Suaraku seperti bunyi halilintar

    Bibir terkatup, gigi terkunci

    Jikalau bergerak bumi dan langit

    Bergeraklah hati engkau

    Hendak marah atau hendak

    membiasakan aku.


    b. Pengaruh Hindu dalam Kesusastraan Melayu

    Pengaruh Hindu Budha di Nusantara sudah sejak lama. Menurut J.C. Leur (Yock Fang : 1991:50) yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para Brahmana. Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan yang menjadi ksatria. Kemudian dengan munculnya agama Budha di India maka pengaruh India terhadap bangsa Melayu semakin besar. Apalagi agama Budha tidak mengenal kasta, sehingga mudah beradaptasi dengan masyarakat Melayu.

    - Epos India dalam kesusastraan Melayu

    · Ramayana : cerita Ramayana sudah dikenal lama di Nusantara. Pada zaman pemerintahan Raja Daksa (910-919) cerita rama diperlihatkan di relief-relief Candi Loro Jonggrang. Pada tahun 925 seorang penyair telah menyalin cerita Rama ke dalam bentuk puisi Jawa yaitu Kakawin Ramayana. Lima ratus tahun kemudian cerita Rama dipahat lagi sebagai relief Candi Penataran. Dalam bahasa melayu cerita Rama dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama yang terdiri atas 2 versi : 1) Roorda van Eysinga (1843) dan W.G. Shelabear.

    · Mahabarata : Bukan hanya sekedar epos tetapi sudah menjadi kitab suci agama Hindu. Dalam sastra melayu Mahabarata dikenal dengan nama Hikayat Pandawa. Dalam sastra jawa pengaruh Mahabarata paling tampak dari cerita wayang.


    c. Kesusastraan Zaman Peralihan Hindu-Islam, dan pengaruh Islam

    Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya. Contoh karya-karya sastra yang masuk dalam masa ini adalah ; Hikayat Puspa raja, Hikayat Parung Punting, Hikayat Lang-lang Buana, dsb.

    Sastra pengaruh Islam adalah karya sastra yang isinya tentang ajaran agama Islam yang harus dilakukan oleh penganut agama Islam. Contoh karya : Hikayat Nur Muhammad, Hikayat Bulan Berbelah, Hikayat Iskandar Zulkarnaen dsb.

    -Perkembangan agama Islam yang pesat di Nusantara sebenarnya bertalian dengan perkembangan Islam di dunia. Pada tahun 1198 M. Gujarat ditaklukkan oleh Islam. Melalui Perdagangan oleh bangsa Gujarat, Islam berkembang jauh sampai ke wilayah Nusantara. Pada permulaan abad ke-13 Islam berkembang pesat di Nusantara.-

    -Pada abad ke-16 dan ke-17 kerajaan-kerajaan di Nusantara satu persatu menjadi wilayah jajahan bangsa-bangsa Eropa yang pada mulanya datang ke Nusantara karena mau memiliki rempah-rempah.-


    d. Kesusastraan Masa Peralihan : Perkembangan dari Melayu Klasik ke Melayu Modern

    Pada masa ini perkembangan antara kesusastraan Melayu Klasik dan kesusastraan Melayu Modern peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh pengarangnya. Dua orang tokoh yang dikenal dalam masa peralihan ini adalah Raja Ali Haji dari pulau Penyengat, Kepulauan Riau, dan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Malaka.

    Contoh karya Abdullah : Hikayat Abdullah, Syair Singapura dimakan Api, ia juga menerjemahkan Injil ke dalam bahasa melayu.

    Contoh Gurindam Raja Ali Haji


    Gurindam pasal pertama

    Barang siapa tidak memegang agama

    Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama

    Barang siapa mengenal yang empat

    Ia itulah orang yang makrifat

    Barang siapa mengenal Allah

    Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah

    Barang siapa mengenal dunia

    tahulah ia barang yang terperdaya

    Barang siapa mengenal akhirat

    Tahulah ia dunia mudarat

    Kurang fikir, kurang siasat

    Tinta dirimu kelah tersesat

    Fikir dahulu sebelum berkata

    Supaya terlelah selang sengketa

    Kalau mulut tajam dan kasar

    Boleh ditimpa bahaya besar

    Jika ilmu tiada sempurna

    Tiada berapa ia berguna.-


       2. Kesusastraan Indonesia Modern

    Lahirnya Kesusastraan Indonesia Modern

    Jika menggunakan analogi ¨Sastra ada setelah bahasa ada¨ maka kesusastraan Indonesia baru ada mulai tahun 1928. Karena nama ¨bahasa Indonesia¨ secara politis baru ada setelah bahasa Melayu di diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda.

    Namun menurut Ayip Rosidi dan A. Teeuw, Kesusastraan Indonesia Modern ditandai dengan rasa kebangsaan pada karya sastra. Contohnya seperti : Moh. Yamin, Sanusi Pane, Muh. Hatta yang mengumumkan sajak-sajak mereka pada majalah Yong Sumatera sebelum tahun 1928.


    a. Masa Kebangkitan (1920-1945)

    1). Periode 1920 (Angkatan Balai Pustaka)

    Contoh : Puisi M. Yamin

    Bahasa, Bangsa

    Selagi kecil usia muda

    Tidur si anak di pangkuan bunda

    Ibu bernyanyi lagu dan dendang

    memuji si anak banyaknya sedang

    berbuai sayang malam dan siang

    buaian tergantung di tanah moyang

    ....

    1922


    2). Periode 1933 (Angkatan Pujangga Baru)

    Penamaan periode ini di dasarkan pada munculnya majalah ¨Pujangga Baru¨ yang dikelola oleh S.T. Alisyahbana, Armin Pane dan Amir Hamzah.

    Contoh : Puisi Amir Hamzah

    Datanglah engkau wahai maut

    Lepaskan aku dari nestapa

    Engkau lagi tempatku berpaut

    Diwaktu ini gelap gulita

    (Buah Rindu II)


    3). Periode 1942 (Angkatan 45)

    Chairil Anwar pelopor angkatan 45, nama lain pada masa ini seperti Idrus, Mochtar Lubis dan Pramoedya A T.

    Contoh Sajak Chairil :

    Awas jangan bikin beta marah

    Beta bikin pala mati

    Beta kirim datudatu!

    Beta Pattirajaaawane, penjaga hutan pala

    Beta api dipantai. Siapa mendekat

    Tiga kali menyebut beta punya nama.


    b. Masa Perkembangan (1945 – sekarang)


    1). Periode 1945 (Angkatan 45 : 1942-1953)


    2). Periode 1950 (Angkatan 50 dimulai tahun 1953)

    Dimasa ini ada Nugroho Notosusanto pengarang Hujan Kepagian, AA Navis pengarang Robohnya Surau Kami, Trisnoyuwono pengarang laki-laki dan mesiu, penyair Toto Sudarto Bachtiar, WS Rendra (juga ada yang menggolongkan ke angkatan 70)

    3). Angkatan 66

    Pada tanggal 6-9 Mei 1966 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bersama dengan KAMI dan KAPPI menyelenggarakan simposium berjudul : ¨Kebangkitan semangat 1966 : Menjelajah Tracee Baru Lekra dan Neolekranisme¨. Dominasi kebudayaan oleh politik, tegas-tegas ditolak. Inilah mulai dinamakannya angkatan 66. Dari kelompok ini, majalah bulanan baru, Horison, segera terbit sebagai suara sastranya.

    4), Angkatan 70

    Tahun 1970-1990 ada beberapa sastrawan yang terkenal misalnya : Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M., Putu Wijaya

    Contoh Sajak Abdul Hadi WM : Tawangmangu

    kalau kehijauan yang bangkit dari bukti-bukti

    dan air terjun, dimana aku pernah lewat dan menghirup

    kesegaran pagi dan kuntum melur, sekarang aku batu

    yang kau angkat dari tepi sungai dan kaubiarkan abadi

    seperti nyawa sekarat mengeliat, mengeliat mungkin kau

    sedang menghiasku dengan retakan-retakan air hujan

    dan keharuan waktu yang beragam

    (dalam Tergantung pada Angin)

    SELESAI


    Daftar isi
    [sembunyikan]

        * 1 Periodisasi
        * 2 Pujangga Lama
              o 2.1 Karya Sastra Pujangga Lama
                    + 2.1.1 Sejarah
                    + 2.1.2 Hikayat
                    + 2.1.3 Syair
                    + 2.1.4 Kitab agama
        * 3 Sastra Melayu Lama
              o 3.1 Karya Sastra Melayu Lama
        * 4 Angkatan Balai Pustaka
        * 5 Pujangga Baru
              o 5.1 Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
        * 6 Angkatan 1945
              o 6.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
        * 7 Angkatan 1950 - 1960-an
              o 7.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
        * 8 Angkatan 1966 - 1970-an
              o 8.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
        * 9 Angkatan 1980 - 1990an
              o 9.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
        * 10 Angkatan Reformasi
              o 10.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
        * 11 Angkatan 2000-an
              o 11.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
        * 12 Cybersastra
        * 13 Pranala luar
        * 14 Referensi


    *artikel ini sebagian besar merangkum dari modul 'sejarah sastra' terbitan Univ. Terbuka
    ..........pujangga lama..........

    Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]

    Sastra Melayu Lama................................................

    Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat

    Angkatan Balai Pustaka/.....................................

    Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

    Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.

    Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]

    Pujangga Baru...........................................

    Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.

    Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :

       1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah

    Angkatan 1945.................................

    Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
       2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.


    Angkatan 1950 - 1960-an..................................

    Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.

    Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik
    yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

    Angkatan 1966 - 1970-an..........................

    Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

    Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.

    Angkatan 1980 - 1990an....................

    Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.

    Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.

    Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.

    Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.

    Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

    Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.


    Angkatan Reformasi//............

    Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

    Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

    Angkatan 2000-an..............

    Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

    Cybersastra

    Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : duniasatra(dot)com
    '''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''Sulalatul Salatin (secara harafiah berarti "Istana Para Raja") atau Sejarah Melayu merupakan suatu sejarah mengenai kebangkitan, kegemilangan dan kejatuhan zaman pemerintahan Melayu yang ditulis oleh beberapa orang pengarang Melayu. Ketika Peringgi Portugis menaklukkan Melaka, salinan Sejarah Melayu telah dibawa ke Goa/Gowa.[1]

    Terdapat sekurang-kurangnya 29 versi tetapi versi yang paling masyhur adalah versi Shellabear. Menurut naskah Shellabear, Yang Dipertuan Raja di Hilir Sultan Abdullah Mu'ayat Syah ibni'l Sultan Abdul Jalil Syah telah mengutus Seri Nara Wangsa Tun Bambang untuk memerintahkan Bendahara Paduka Raja Tun Muhammad Mahmud (Tun Seri Lanang) pada hari Kamis, 12 Rabiul Awal 1021 bersamaan 13 Mei 1612 agar menyunting salinan Sejarah Melayu yang dibawa oleh Orang Kaya Sogoh dari Goa/Gowa.

    Ketika itu Sultan Johor Lama, Sultan Alauddin Riayat Syah ibni Sultan Abdul Jalil Syah telah ditahan di Istana Raja Aceh, Sultan Iskandar Muda.

    Sejarah Melayu (Sulalatul Salatin) bergaya penulisan seperti babad, di sana-sini terdapat penggambaran hiperbolik untuk membesarkan raja dan keluarganya. Namun demikian, naskah ini dianggap penting karena ia menggambarkan adat-istiadat kerajaan, silsilah raja dan sejarah kerajaan Melayu dan boleh dikatakan menyerupai konsep Sejarah Sahih (Veritable History) Cina, yang mencatat sejarah Dinasti sebelumnya dan disimpan di arsip negara tersebut.
    [sunting] Catatan

       1. ^ Terdapat pendapat menyatakan Goa di sini adalah di India, atau di Sulawesi. Pendukung tempat kedua berargumen, sekiranya Portugis mengambil salinan Sejarah Melayu ke Goa, India, pastinya Sejarah Melayu akan dibawa terus ke Eropa sebagai harta rampasan.
     

    About

    Site Info

    bola.......

    bola.......
    my grup bola

    asmaraloka Copyright © 2009 Community is Designed by Bie